Mencintai seseorang bukan hal yang mudah.
Bagi sebagian orang, termasuk saya tentunya, mencintai orang merupakan proses yang panjang dan melelahkan.
Lelah ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak seimbang antara akal sehat dan nurani.
Lelah ketika kita harus menuruti akal sehat untuk berlaku normal meski semuanya menjadi abnormal.
Lelah ketika mata menjadi buta akibat dari perasaan yang membius tanpa ampun.
Lelah ketika imaginasi menjadi liar oleh khayalan yang terlalu tinggi.
Lelah ketika pikiran menjadi galau oleh harapan yang tidak pasti.
Lelah untuk mencari suatu alasan yang tepat untuk sekedar melempar sesimpul senyum atau sebuah sapaan “apa kabar…”.
Lelah untuk secuil kesempatan akan sebuah moment kebersamaan.
Lelah untuk menahan keinginan untuk melihatnya.
Lelah untuk mencari secuil kesempatan menyentuh atau membauinya.
Lelah dan lelah dan lelah..
Hanya sebuah sikap diam dan keheningan yang lebih saya pilih.
Diam menunggu sang waktu memberi sebuah moment.
Diam untuk mencatat segala yang terjadi.
Diam untuk memberi kesempatan otak kembali dalam keadaan normal.
Diam untuk mencari sebuah jalan keluar yang mustahil.
Diam untuk berkaca pada diri sendiri dan bertanya “apakah aku cukup pantas?”
Diam untuk menimbang sebuah konsekuensi dari rasa yang harus dipendam.
Diam dan dalam diam kadang semuanya tetap menjadi tak terarah.
Dan dalam diam itu pula, saya menjadi gila karena sebuah rasa dan pesona tetap mengalir.
Sayangnya, dalam keheningan dan diam yang saya rasakan, lebih banyak rasa galau daripada sebuah usaha untuk mengembalikan pola pikir yang lebih logis.
Galau ketika mata terus meronta untuk sebuah sekelibat pandangan.
Galau ketika mulut harus terkatup rapat meski sebuah kesempatan sedikit terbuka.
Galau ketika mencintai menjadi sebuah pilihan yang menyakitkan.
Galau ketika mencintai hanya akan menambah beban hidup.
Galau ketika menyadari bahwa segalanya tidak akan pernah terjadi.
Galau ketika tanpa disadari harapan terlanjur membumbung tinggi.
Galau ketika semua bahasa tubuh seperti digerakan untuk bertindak bodoh.
Apakah mencintai seseorang senantiasa membuat orang bodoh? Tentu tidak.
Namun itu pula yang saya rasakan.
Dalam kelelahan, diam dan kegalauan yang saya rasakan selama ini, ada rasa syukur atas berkat dari Tuhan atas apa yang saya alami.
Syukur ketika rasa pahit menjadi bagian dari mencintai seseorang.
Syukur ketika berhasil memendam semua rasa untuk tetap berada pada zona diam.
Syukur untuk sebuah pikiran abnormal namun tetap bertingkah normal.
Syukur ketika rasa galau merajalela tak terbendung.
Syukur ketika rasa perih tak terhingga datang menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya sebuah nyali untuk mengatakan “Aku mencintaimu”.
Syukur ketika perasaan hancur lebur menjadi bagian dari mencintai.
Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dan cemburu dalam sebaris ucapan “aku baik -baik saja”.
Syukur atas rahmat hari yang berantakan akibat rasa pedih yang teramat dalam.
Akhirnya, bagi saya, keputusan untuk mencintai melalui sebaris doa menjadi pilihan yang paling pantas. Setidaknya, mencintai secara tulus melalui doa akan menjadi lebih bermakna, karena saya diteguhkan dan menjadi berkat atas segala rasa perih yang senantiasa ada didalam diri.
Dalam doa, akhirnya, semuanya kita kembalikan kepada Sang Hidup.
Bahwa mencintai seseorang itu seperti memanggul sebuah kehidupan.
Bahwa terkadang akal dan perasaan campur aduk tak tentu arah.
Bahwa saya juga bukan manusia super.
Bahwa saya juga tidak bisa berlaku pintar sepanjang waktu, setiap hari.
Bahwa saya juga punya kebodohan yang kadang susah untuk diterima akal sehat.
Bahwa dengan segala kekurangan yang ada, saya berani mencintai.
Bahwa saya bersedia membayar harga dari mencintai seseorang.
Bahwa saya bersedia menanggung rasa sakit yang luar biasa.
Bahwa saya mampu untuk tetap hidup meski rasa perih terus menjalar.
Bahwa saya masih memiliki rasa takut akan kehilangan dalam hidup.
Dan hari ini, dari semua pembelajaran yang telah saya terima, berkembang menjadi sebuah bentuk Kepasrahan.
Sebuah Zona yang terbentuk karena saya merasa tidak berdaya.
Dimana saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk membuat segalanya menjadi mungkin.
Dimana saya tidak berani untuk membangun sebuah harapan.
Dimana saya tidak berani untuk mengatakan “Aku mencintaimu, mari kita pastikan segalanya, dan semuanya, hanya untuk kita berdua saja.”
Dan ini adalah pilihan terakhir yang saya miliki, mencintai dalam kepasrahan, tanpa berharap dan tanpa meminta.
Meski sangat susah dan hampir mustahil bagi saya untuk tidak mengingatnya.
Semoga saya bisa.
Dan hingga hari ini, saya masih mencintainya.
Saya sadar hal itu akan memberi rasa perih yang teramat dalam karena bagi saya, lebih susah untuk tidak mencintainya.
Saya sadar ini adalah sebuah kehidupan yang harus saya pikul.
Dalam perjalanan yang melelahkan, dalam diam dan keheningan dan tentunya dalam sebuah kepasrahan yang teramat dalam.
By : Nunostory
Baca selengkapnya...
5.04.2012
4.16.2012
"ALPUKAT DAN BENALU"
Suatu hari, sebatang pohon Alpukat menikmati sejuknya udara sore. Tiba-tiba keasyikannya terusik oleh sapaan sebutir biji Benalu yang diterbangkan angin kian kemari.
"Selamat sore Alpukat," sapa Benalu.
"Oh, kamu Benalu, selamat sore juga," balas Alpukat.
"Wah Alpukat, sekarang kamu sudah besar, ranting-rantingmu banyak, daunmu lebat, buahmu besar-besar," puji Benalu.
"Iya Benalu, itu karena akar-akar saya banyak dan rajin menghisap sari-sari makanan dari dalam tanah," kata Alpukat dengan bangga.
Benalu melanjutkan, "Hampir sepanjang hari saya diterbangkan angin, rasanya badan saya capek sekali. Bolehkah saya beristirahat di salah satu rantingmu, untuk semalam saja?"
Tanpa pikir panjang Alpukat langsung mengabulkan permohonan Benalu. "Jangankan 1 Benalu kecil, 50 pun saya masih tidak terasa," pikir Alpukat.
Sejak itu Benalu tinggal di pohon Alpukat dan tanpa disadari oleh Alpukat, Benalu semakin hari semakin besar dan beranak banyak. Suatu hari Alpukat melihat tubuhnya sudah kurus kering. Saat itulah Alpukat sadar bahwa Benalu sudah merugikan dirinya. Lalu Alpukat memutuskan untuk menyuruh benalu meninggalkan tubuhnya.
"Alpukat, semua akar-akar saya sudah tertancap dalam tubuhmu. Jadi jangan pernah bermimpi kalau saya akan memenuhi permintaanmu", kata Benalu sambil tertawa.
Semakin hari Alpukat semakin kurus dan akhirnya mati karena Benalu terus menghisap makanan dari tubuh Alpukat tanpa belas kasihan.
Banyak orang yang bertindak seperti Alpukat ini. Waktu dosa-dosa kecil datang menggoda dan hadir dengan segala daya tariknya, mereka tidak langsung menolaknya. Mereka pikir, "Ah itu hanya dosa kecil saja, tidak akan mempengaruhi iman saya. Saya akan tetap rajin berdoa."
Terbukti bahwa setiap orang yang meremehkan dosa kecil sekalipun, akan terjerat oleh dosa yang lebih besar lagi.
Satu hal yang harus kita ingat, kalau hari ini kita melakukan satu dosa kecil, dosa kecil tersebut makin lama akan menjadi besar dan melahirkan dosa-dosa lain karena salah satu sifat dosa adalah melahirkan dosa.
Tuhan memberkati anda sekeluarga!
By : Vincent Chua Baca selengkapnya...
"Selamat sore Alpukat," sapa Benalu.
"Oh, kamu Benalu, selamat sore juga," balas Alpukat.
"Wah Alpukat, sekarang kamu sudah besar, ranting-rantingmu banyak, daunmu lebat, buahmu besar-besar," puji Benalu.
"Iya Benalu, itu karena akar-akar saya banyak dan rajin menghisap sari-sari makanan dari dalam tanah," kata Alpukat dengan bangga.
Benalu melanjutkan, "Hampir sepanjang hari saya diterbangkan angin, rasanya badan saya capek sekali. Bolehkah saya beristirahat di salah satu rantingmu, untuk semalam saja?"
Tanpa pikir panjang Alpukat langsung mengabulkan permohonan Benalu. "Jangankan 1 Benalu kecil, 50 pun saya masih tidak terasa," pikir Alpukat.
Sejak itu Benalu tinggal di pohon Alpukat dan tanpa disadari oleh Alpukat, Benalu semakin hari semakin besar dan beranak banyak. Suatu hari Alpukat melihat tubuhnya sudah kurus kering. Saat itulah Alpukat sadar bahwa Benalu sudah merugikan dirinya. Lalu Alpukat memutuskan untuk menyuruh benalu meninggalkan tubuhnya.
"Alpukat, semua akar-akar saya sudah tertancap dalam tubuhmu. Jadi jangan pernah bermimpi kalau saya akan memenuhi permintaanmu", kata Benalu sambil tertawa.
Semakin hari Alpukat semakin kurus dan akhirnya mati karena Benalu terus menghisap makanan dari tubuh Alpukat tanpa belas kasihan.
Banyak orang yang bertindak seperti Alpukat ini. Waktu dosa-dosa kecil datang menggoda dan hadir dengan segala daya tariknya, mereka tidak langsung menolaknya. Mereka pikir, "Ah itu hanya dosa kecil saja, tidak akan mempengaruhi iman saya. Saya akan tetap rajin berdoa."
Terbukti bahwa setiap orang yang meremehkan dosa kecil sekalipun, akan terjerat oleh dosa yang lebih besar lagi.
Satu hal yang harus kita ingat, kalau hari ini kita melakukan satu dosa kecil, dosa kecil tersebut makin lama akan menjadi besar dan melahirkan dosa-dosa lain karena salah satu sifat dosa adalah melahirkan dosa.
Tuhan memberkati anda sekeluarga!
By : Vincent Chua Baca selengkapnya...
Label:
Renungan
"Puisi Jenderal Douglas Mac Arthur : Doa Seorang Ayah"
Pada masa perang dunia kedua, tepatnya bulan Mei Tahun 1952, seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menullis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku" Inilah isi puisi tersebut:
Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas MacArthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: "Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan."
Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.
Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: "Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda." Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!
God bless u..
By : Email Baca selengkapnya...
Doa untuk Putraku
Tuhanku...
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan. Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan. Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja. Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat Untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya... Berikan dia cukup Kejenakaan sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati... Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki... Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"
Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas MacArthur tersebut merupakan sebuah puisi yang luar biasa. Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: "Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan."
Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.
Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: "Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda." Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!
God bless u..
By : Email Baca selengkapnya...
Label:
Renungan
4.03.2012
"Malaikat Kecil"
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca
koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang
untuk makan.
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada cooling effect (menurunkan panas dalam).
Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa."
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habiskan, tapi ada yang aku mau minta....agak ragu2 sejenak aku mau minta sesuatu sama Papa bila habis semua nasinya. Apakah Papa mau berjanji memenuhi permintaanku?
Aku menjawab Oh pasti, sayang.
Lala tanya sekali lagi, Betul nih Papa ?
Iya, pasti," sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.
Lala juga mendesak Mamanya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Lala yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji," kata istriku.
Aku sedikit khawatir dan berkata, Lala jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal ya, karena Papa saat ini tidak punya uang.
Lala menjawab, "Jangan khawatir, Lala tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Lala dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Lala untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Lala melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.
Ternyata Lala mau kepalanya digundulin (dibotakin) pada hari Minggu!!!
Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!"
Juga Mamaku menggerutu, "Jangan terjadi dalam keluarga kita. Dia terlalu banyak nonton TV dan program-program TV itu sudah merusak kebudayaan kita."
Aku coba membujuk, "Lala kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak."
Tapi Lala tetap dengan pilihannya, "Tidak ada Papa, tak ada keinginan lain." kata Lala.
Aku coba memohon kepada Lala, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."
Lala dengan menangis berkata, "Papa sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan Papa sudah berjanji untuk memenuhi permintaanku. Kenapa Papa sekarang mau mengingkari sendiri? Bukankah Papa selalu mengajarkan, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi?"
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Ok. Janji kita harus ditepati."
Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?"
"Tidak," jawabku, 'Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."
"Lala, permintaanmu akan kami penuhi."
Dengan kepala botak, wajah Lala nampak bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Lala botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, "Lala, tunggu saya."
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.
Aku berpikir mungkin 'botak' adalah model jaman sekarang.........
Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,
Anak anda, Lala benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Alex adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.
Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, Bulan lalu Alex tidak masuk sekolah, karena pengobatan kemo-terapi, kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman-temannya."
"Nah, minggu lalu Lala datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Lala mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Alex. Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.
Kolose 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
1 Korintus 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
By : Vincent Chua Baca selengkapnya...
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada cooling effect (menurunkan panas dalam).
Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa."
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habiskan, tapi ada yang aku mau minta....agak ragu2 sejenak aku mau minta sesuatu sama Papa bila habis semua nasinya. Apakah Papa mau berjanji memenuhi permintaanku?
Aku menjawab Oh pasti, sayang.
Lala tanya sekali lagi, Betul nih Papa ?
Iya, pasti," sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.
Lala juga mendesak Mamanya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Lala yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji," kata istriku.
Aku sedikit khawatir dan berkata, Lala jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal ya, karena Papa saat ini tidak punya uang.
Lala menjawab, "Jangan khawatir, Lala tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Lala dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Lala untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Lala melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.
Ternyata Lala mau kepalanya digundulin (dibotakin) pada hari Minggu!!!
Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!"
Juga Mamaku menggerutu, "Jangan terjadi dalam keluarga kita. Dia terlalu banyak nonton TV dan program-program TV itu sudah merusak kebudayaan kita."
Aku coba membujuk, "Lala kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak."
Tapi Lala tetap dengan pilihannya, "Tidak ada Papa, tak ada keinginan lain." kata Lala.
Aku coba memohon kepada Lala, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."
Lala dengan menangis berkata, "Papa sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan Papa sudah berjanji untuk memenuhi permintaanku. Kenapa Papa sekarang mau mengingkari sendiri? Bukankah Papa selalu mengajarkan, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi?"
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Ok. Janji kita harus ditepati."
Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?"
"Tidak," jawabku, 'Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."
"Lala, permintaanmu akan kami penuhi."
Dengan kepala botak, wajah Lala nampak bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Lala botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, "Lala, tunggu saya."
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.
Aku berpikir mungkin 'botak' adalah model jaman sekarang.........
Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,
Anak anda, Lala benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Alex adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.
Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, Bulan lalu Alex tidak masuk sekolah, karena pengobatan kemo-terapi, kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman-temannya."
"Nah, minggu lalu Lala datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Lala mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Alex. Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.
Kolose 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
1 Korintus 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
By : Vincent Chua Baca selengkapnya...
Label:
Renungan
Langganan:
Komentar (Atom)